Sabtu, 19 Mei 2018

Pada mulanya, budidaya kelapa sawit di Indonesia hanya dilakukan oleh perusahaan negara dan perusahaan swasta. Agar rakyat atau petani dapat memiliki lahan sawit juga, pemerintah mengembangkan perkebunan sawit rakyat, yang programnya dikenal dengan istilah PIR-Bun atau Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan. Petani yang mempunyai kemampuan membuka lahan kebun sawit disebut sebagai petani plasma. Dengan program ini, petani plasma dapat menjual hasil taninya kepada perusahaan inti (perusahaan besar).

Petani plasma biasanya melakukan pemeliharaan dan pengelolaan kebun bersama perusahaan inti. Para petani menjual hasil kebun kepada perusahaan inti sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Pemerintah pun menggalakkan perkebunan plasma dengan memberi pinjaman modal kepada petani plasma. Pembayarannya dicicil dari hasil penjualan produksi kebun setiap bulan.

Standar produksi kelapa sawit Indonesia

Pemerintah Indonesia serius dalam mengelola industri berbahan kelapa sawit. Salah satu bentuk keseriusan pemerintah ditunjukkan dengan menerapkan peraturan yang ketat dalam budidaya kelapa sawit. Perusahaan perkebunan Indonesia harus patuh pada peraturan pemerintah dan aturan internasional, seperti aturan dari ISO (International Standardization Organization). Organisasi Internasional untuk Standardisasi Produk), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), dan
RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil).

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan ketika hendak menanam bibit kelapa sawit. Sebelum menanam, petani harus mempersiapkan lahan yang tepat dan bibit unggul. Tanah yang gembur, subur, datar dan memiliki sistem pengairan yang baik adalah lahan yang dibutuhkan untuk membuka perkebunan kelapa sawit. Benih unggul kelapa sawit banyak disediakan oleh balaibalai penelitian, seperti Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan yang berlokasi di Sumatera. Pusat-pusat penelitian itu biasanya mempunyai kebun luas, yang di dalamnya terhampar pohon-pohon induk pilihan. Tahapan selanjutnya adalah menanam bibit di dalam plastik kecil (polybag). Bibit ini dirawat secara baik yaitu dengan penyiraman, penyiangan, pengawasan, seleksi, dan
pemupukan. Setelah berusia 8 bulan atau 10 - 14 bulan, bibit ini dipindahkan ke lahan perkebunan.

a. Penyiapan lahan

Pembukaan lahan untuk budidaya kelapa sawit tidak boleh dilakukan pada lahan yang ditetapkan pemerintah sebagai areal hutan/konservasi. Persiapan lahan meliputi survey wilayah, disain blok, rintis dan pembuatan blok, dan pembersihan lahan. Pembersihan lahan dilakukan secara manual menggunakan alat berat untuk menumbang pohon-pohon dan menumpuknya. Pembersihan lahan tidak boleh dilakukan dengan cara pembakaran karena asapnya dapat mencemari lingkungan.

b. Pemeliharaan bibit

Bibit yang ditanam dalam plastik kecil (polybag) perlu disiram dua kali sehari, kecuali bila curah hujan turun lebih dari 7 - 8 mm, atau 7 sampai 8 liter air hujan pada setiap lahan kebun sawit seluas 1 meter persegi. Sebelum tumbuh besar, tanaman kelapa sawit tidak memerlukan curahan air yang melimpah. Setiap bibit kelapa sawit membutuhkan setidaknya 2 liter air bersih setiap harinya.

Pengawasan bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan bibit dan perkembangan nya agar terbebas dari gangguan hama dan penyakit. Bibit yang bermasalah sebaiknya disisihkan. Tunas kelapa sawit yang bermasalah memiliki ciri-ciri: Bibit tumbuh meninggi dan kaku, bibit terkulai, anak daun tidak membelah sempurna, terkena penyakit, dan anak daun tidak sempurna.

c. Penentuan pola tanam

Sebelum penanaman dilakukan pemancangan. Pemancangan bertujuan mendapatkan pola tanam yang baik dan letak barisan yang teratur. Pola jarak tanam yang umum digunakan adalah segitiga sama sisi. Ini bertujuan mengoptimalkan pemanfaan unsur hara, air tanah, dan sinar matahari oleh tanaman. selain itu, jarak tanam juga mempertimbangkan jenis/varietas bibit kelapa sawit, kondisi lahan, dan model budidaya apakah homogen atau tumpang sari.

Penanaman tanaman kacangan (Legume Crop Cover, LCC)
setelah pemncangan dilakukan penanaman tanaman kacangan. adapun tujuannya adalah sebagai berikut.

  • menekan pertumbuhan gulma.
  • memperbaiki kondisi fisik tanah dan menjaga kelembaban tanah.
  • mengurangi erosi tanah.
  • menjaga kelembaban kandungan air tanah.
  • mepercepat dekomposisi bahan mineral.
  • memperbaiki kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh Rhizobium yang ada pada akar kacangan.

d. Membuat lubang tanam

Setelah lahan penanaman tertutupi tanaman kacangan sebesar 80% maka lahan sudah siap ditanami dengan bibit kelapa sawit. Bibit kelapa sawit ditanam pada titik tanamn yang sudah dipancang. Pada titik pancang dibuat lubang dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Sebelum bibit kelapa sawit ditanam, lubang tanam diisi dengan tanah galian yang dicampur dengan TSP atau SP36. Pembuatan lubang tanam dilakukan 2 minggu sebelum tanam. Ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar PH dan meningkatkan kadar oksigen di tanah.

e. Pengaturan system air

Air digunakan dalam proses produksi di perkebunan sawit. Penggunaanya yaitu dalam proses perebusan. Air juga digunakan sebagai penggerak pembangkit listrik tenaga uap. Penggunaan air di perkebunan PT Astra dipantau secara berkala. Pemantauan dilakukan oleh Tim Water Management dan Tim Biodiversity Concervation

f. Pemeliharaan tanaman

1. Penyisipan
2. Penyiangan
3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan prinsip 4T : tepat jenis, dosis, cara dan waktu. Secara umum jenis pupuk yang digunakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah Urea/ZA, TSP/RP, MOP, Kieserit, dan HGF Borat.

Ada dua cara pengaplikasian pupuk kelapa sawit yaitu menabur dan membenamkan pupuk (pocket). Apabila menabur dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia dan dapat pula mekanis, menggunakan tenaga mesin spreader.

4. Pemangkasan daun
5. Kastrasi bunga dan buah
6. Penyerbukan buatan

g. Pengendalian hama dan penyakit tanaman


h. Panen

Tanaman kelapa sawit berbuah setelah berusia 2,5 tahun. Buah kelapa sawit siap panen 5,5 bulan setelah penyerbukan atau minimal 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ada banyak peralatan yang digunakan saat memanen, misalnya dodos dan egrek
Untuk melancarkan proses memanen, pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu, kemudian diatur rapi di tengah gawangan. Untuk mempercepat proses pengeringan serta pembusukan, maka pelepah-pelepah daun tersebut dipotong-potong menjadi 2-3 bagian. Cara memanen tandan buah matang yaitu dengan memotong sedekat mungkin di pangkalnya, maksimal 2 cm.

Ciri tandan matang adalah minimal ada 5 buah yang jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg. Atau minimal ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tandan buah dapat dipanen jika tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.

Begitulah informasi mengenai cara menanam kelapa sawit dari pembibitan hingga panen sawit. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Ayo menanam!

This post have 0 Post a Comment

Artikel Selanjutnya Next Post
Artikel Sebelumnya Previous Post