Sabtu, 19 Mei 2018

Di Indonesia, industri kelapa sawit memberikan penghidupan bagi banyak orang. Pajak bagi anggaran belanja negara dari pengolahan kelapa sawit pun tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan kelapa sawit dari dalam negeri maupun luar negeri, Indonesia memperluas lahan kebun kelapa sawit di Pulau Kalimantan dan Papua. Sebelum Pulau Papua dan Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dikenal sebagai penghasil minyak kelapa sawit andalan. Perluasan kebun kelapa sawit harus memperhatikan beberapa hal. Pembelian lahan dari warga, pengolahan limbah produksi kelapa sawit, serta proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) harus dipertimbangkan ketika memperluas lahan kelapa sawit. Dari dokumen AMDAL, perusahaan perlu menyusun langkah-langkah untuk menjaga dan melestraikan lingkungan, misalnya menyediakan fasilitas pengolahan limbah, baik limbar cair
maupun limbah padat.

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi emisi CO2(Efek rumah kaca), diantaranya: pengomposan tandan kosong sawit, optimalisasi pemakaian cangkang dan serabut kelapa sawit sebagai bahan bakar, penanaman dan penghijauan. Sementra upaya yang dilakukan untuk pengelolaan limbah cair yaitu dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan proses fisik dan biologi. Proses fisik dilakukan untuk memisahkan sisa-sisa minyak yang terikut, pasir dan menurunkan suhu limbah dari 800C menjadi 40-500C. sedangkan proses biologi dilakukan untuk menguraikan limbah cair dengan memanfaatkan bakteri anaerob. Hasil akhir pengelolaan limbah cair ini adalah pupuk cair yang
digunakan untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.

Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit POME sebagai pupuk cair

POME (Palm Oil Mill Effluent) adalah limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit. Ternyata POME mengandung nutrisi yang berguna bagi tanaman kelapa sawit. Pengaplikasian POME sebagai pupuk cair dengan tetap menjaga supaya POME tidak masuk ke saluran air yang dapat mencemari saluran air perkebunan. POME yang digunakan sebagai pupuk cair memiliki kadar BOD antara 3500 - 5000 ppm dengan kandungan hara N 500-675 ppm, P 90-100 ppm, K 1000-1850 ppm dan M 250-320 ppm.


Cara pengolahan Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dicacah terlebih dahulu menjadi serpihan-serpihan dengan memakai mesin pencacah. Kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan ukuran lebar sekitar 2,5 meter dan tinggi 1 meter. Selama proses pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit. Proses pengomposan akan berlangsung dalam waktu 1,5 – 3 bulan. Kompos yang sudah matang dapat dilihat dari warnanya kecoklatan kehitaman, suhu menurun, serat-serat TKKS mudah putus.

Pemanfaat Abu sebagai media tanam

Abu Tandan Kosong Sawit (TKS) mengandung banyak kalium. Kalium dapat dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia. Salah satunya adalah sebagai katalis (zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia) dalam pembuatan biodiesel sintesis dari minyak sawit. Jadi bukan hanya minyaknya, tandan kosong sawit juga berguna.

Pemanfaatan limbah sawit menjadi energi

Limbah sawit dapat diolah menjadi energi listrik. Ide ini dikenalkan oleh Prof. Dr. Adianto
Ahmad MT dari Universitas Riau. Prof. Adianto menemukan alat yang disebut bioreactor
hybrid anaerob. Alat ini mengelola limbah sawit dengan sistem kedap udara sehingga tidak
mencemari lingkungan. Alat ini menangkap gas buangan pabrik dan diolah menjadi energi
terbarukan.


Pemanfaatan pelepah kelapa sawit menjadi Pelepah Silase

Kulit pelepah dikupas secara manual. Bagian daging dicacah dengan ukuran diameter 2-4 centimeter. Cacahan pelepah segar (300-400 kilogram) dipercikkan air larutan urea (3-4 kg urea per 100 liter air) secara merata pada cacahan. Lalu, dimasukkan ke dalam drum dan ditutup rapat. Proses fermentasenya selama 2-3 minggu. Pelepah silase bisa dicampur dengan pakan lainnya, Seperti, gula, tetes/molase, dedak dan lainnya.

Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit bisa dimanfaatkan sebagai pakan (makanan ternak). Bungkil inti sawit memiliki kadar 45-46% dari inti sawit. Bungkil inti sawit mengandung air kurang dari 10% dan 60% nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukonoxilan, dan mineral.

Begitulah informasi mengenai pengelolaan limbah kelapa sawit menjadi biodiesel, pupuk cair, kompos, solid, dan energi listrik. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Ayo menanam!

This post have 0 Post a Comment

Artikel Selanjutnya Next Post
Artikel Sebelumnya Previous Post